Sabtu, 30 Maret 2013

Tafakkur Sarana Menuju Tuhan

Setelah kita mengenal dan memahami Sang Pencipta dengan Ilmu, maka semakin mudahlah bagi mukmin untuk memulai berkomunikasi dan berjalan menuju kepada-Nya. Apalagi setiap pribadi muslim juga mengakui dan meyakini bahwa setiap makhluk akan kembali kepada Allah SWT.

 Firman Allah dalam surat Al Insyiqaq berbunyi: "Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka kamu pasti akan menemui-Nya". (QS. Al Insyiqaq: 6). Karenanya kepastian bertemu dengan Allah adalah benar adanya. Dan inilah kelezatan dan kenikmatan yang tiada tara yang tidak ada perumpamaan apapun di dunia ini jika dibandingkan dengan 'rumah' kebahagian di akhirat bagi orang-orang berimana dan beramal shaleh, yaitu surga.

Sementara itu, sebagian orang (kafirin, musyrikin dan munafiq), masih meragukan akan perjumpaan dengan Allah. Allah berfirman dalam surat Al Fushshilat, yang artinya: "Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keragu-raguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingat bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi Segala Sesuatu". (QS. Al Fushshilat: 54).

Tafakkur bukan hanya sekedar merenungi atau menghayal, akan tetapi berpikir yang mendalam, dimana pemusatan pikiran dengan berulang-ulang yang menghadirkan makna suatu keyakinan (dzikir). Jika kita melakukan shalat, bukan sekedar shalat-shalatan saja agar dilihat orang kita ada shalat, Namun mampu menghilangkan yang lain, yang terfokus bahwa kita sedang menghadap Allah semata (khusyu'). Demikian dengan aktivitas amal shaleh dan ibadah-ibadah lainnya.

Tafakkur adalah sarana untuk menuju Tuhan sehingga dengan tafakkur segala pengaruh yang lain akan hilang dan terkubur. Sementara sarana tafakkur adalah kehadiran hati dalam beribadah. Untuk bisa menghadirkan hati, perlu dilalui oleh pemantapan ilmu ketauhidan, syariah dan tasawuf terlebih dahulu. 

Selain itu, dalam proses tafakkur hingga dapat menghadirkan hati, seseorang juga perlu membersihkan tujuan dan memurnikan niatnya hanya karena Allah, memurnikan ittiba' (perbuatannya). Jika perbuatan kita selalu bertentangan dengan ajaran dan nilai-nilai Islam jangan harap mampu menghadirkan hati dalam bertafakkur. 

Oleh karena itu, tafakkur dapat dikatakan sebagai sarana membersihkan diri, jiwa, hati dan perbuatan untuk mampu menghadirkan hati dalam setiap peribadatan dan amal shaleh yang dilakukan. Orang yang sampai pada Allah adalah orang yang mampu meleburkan diri dengan sifat-sifat Allah, seperti para nabi, orang-orang shalih dan para sufi dengan cara ma'rifatullah. [sa]






Tidak ada komentar:

Posting Komentar